BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa
kita sadari baik langsung maupun tidak, dan merupakan hal yang tidak dapat kita
hindari, bahwa dalam kehidupan manusia di muka bumi ini tidak terlepas dari
hubungan antar makhluk hidup baik dengan makhluk hidup sejenis maupun dengan
lingkungan sekitar yang disebut dengan istilah interaksi.
Dengan demikian, dapat kita ketahui
bahwa manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan lingkungan
hidupnya baik faktor biotik maupun faktor abiotik. Dengan kata lain manusia
disebut dengan makhluk sosial (zoon politicon). Dalam hubungan antar individu
atau makhluk hidup inilah, maka manusia membutuhkan media untuk untuk
berkomunikasi antar yang satu dengan yang lainnya, dan media yang paling
efektif dalam proses hubungan antar individu (interaksi) adalah Bahasa.
Dengan melihat pada pentingnya
bahasa dalam kehidupan sosial manusia,
maka banyak para ilmuwan dan para ahli menjadikan bahasa sebagai studi
karena mereka memerlukan bahasa sekurang-kurangnya sebagai alat bantu untuk
mengomunikasikan berbagai hal dalam kehidupan sosialnya. Karena tanpa bahasa,
komunikasi tidak akan dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun
tidak akan pernah terjadi. Siapapun tidak akan dapat mengekspresikan diri untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Maka berangkat dari pemikiran itulah
penulis tertarik untuk mengangkat judul “Perkembangan Bahasa Anak” dalam sebuah
karya ilmiah.
B.
Perumusan Masalah
1.
Bagaimanakah proses perkembangan bahasa anak
bisa berlangsung ?
2.
Apakah
ada faktor-faktor tertentu yang mampengaruhi perkembangan bahasa anak ?
C.
Dasar Pemikiran
Bahasa sebagai alat yang sangat
penting dan diperlukan oleh manusia untuk menjalankan aktivitas hidupnya selaku
makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi. Sehingga
pada dasarnya setiap anak memiliki potensi untuk berbahasa, yang mana potensi
kebahasaan itu akan tumbuh dan berkembang jika fungsi lingkungan diperankan
dengan baik.
Dengan demikin, jelas bahwa dalam
proses perkembangan bahasa lingkungan sekitar sangat berpengaruh, terutama
lingkungan keluarga yang dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting.
Perolehan bahasa, pertama kali akan terjadi ketika seorang anak mengenal bahasa
di lingkungan keluarga. Bahasa yang dikenal dan dikuasai oleh anak yang berasal
dari keluarga inilah yang merupakan titik awal perkembangan bahasa anak.
Selain lingkungan keluarga,
perkembangan bahasa anak ini terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti
faktor intelek sangat berpengaruh dalam proses perkembangan berbahasa. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa, perkembangan bahasa anak ialah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat untuk berkomunikasi, baik secara lisan, tulisan,
maupun dengan tanda-tanda atau isyarat. Dengan kata lain penguasaan alat komunikasi di sini di artikan sebagai
upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami oleh orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses Perkembangan Bahasa Anak
1.
Potensi Berbahasa Anak
Proses perkembangan bahasa anak
tidak terlepas dari potensi yang sudah ada pada diri anak sejak ia di lahirkan.
Yang mana potensi berbahasa individu ialah kemampuan yang masih terpendam yang
dimiliki oleh setiap orang untuk menyampaikan informasi dalam berkomunikasi.
Chomsky dan Woolflok mengatakan
bahwa anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa yang terus
menerus mengalami perkembangan. Karena bahasa memiliki fungsi yang sangat
signifikan bagi manusia diantaranya,
yaitu : Bahasa sebagai sarana pembangkit dan pembangun perhubungan yang
mamperluas pikiran seseorang, sehingga kehidupan mental seorang individu
menjadi bagian yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan mental kelompok. Selain
itu bahasa juga sebagai sarana untuk mempengaruhi kepribadian seseorang.
Bahkan menurut Deyster bahasa
bagi manusia mamiliki tiga fungsi, yaitu :
1.
Bahasa
sebagai alat untuk menyatakan isi jiwa seseorang.
2.
Bahasa
sebagai perasaan (mempengaruhi orang lain).
3.
Bahasa
sebagai alat untuk menyampaikan pendapat.
Begitu pentingnya suatu bahasa, maka
sejalan dengan kehidupan sosial yang terus berkembang pesat, bahasa pun terus
berkembang dengan pesat bahkan para ilmuwan memberikan perhatian khusus
terhadap bahasa dengan cara menjadikan studi khusus terhadap bahasa.
2.
Lingkungan
Dalam proses perkembangan bahasa,
meskipun anak sudah memiliki potensi untuk berbahasa, tetapi potensi itu tidak
akan dapat tumbuh dan berkembang apabila tidak didukung oleh lingkungan. Jelas
sekali dalam hal ini lingkungan merupakan faktor utama yang mendukung proses
perkembangan bahasa anak. Ketika seorang anak dilahirkan, kemudian dia
dibesarkan di dalam lingkungan sosial, berinteraksi dengan banyak orang maka
potensi berbahasa anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan ddengan
bertambahnya usia anak.
Tetapi dalam kondisi tertentu, bila
seorang anak dilahirkan, kemudian di besarkan oleh binatang tertentu dalam
waktu yang cukup lama dan tidak pernah berinteraksi dengan manusia, maka dapat
dipastikan potensi berbahasa anak akan hilang. Kasus penculikan bayi oleh orang
utan yang pernah terjadi di Negara Uganda yang di beritakan oleh majalah
intisati adalah data otentik dalam hal ini. Oleh karena itu, lingkungan
secara signifikan mempengaruhi perkembangan potensi berbahasa anak.
3.
Perolehan
Bahasa Anak
Selain potensi berbahasa dan
limgkungan yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, perolehan bahasa anak
pun sangat berpengaruh dalam proses perkembangan bahasa anak. Berdasarkan tahap
pemerolehannya, Chaer dan Agustina (2004 : 8) membagi perolehan bahasa anak
menjadi dua macam, yaitu bahasa ibu (bahasa pertama) dan bahasa kedua (ketiga
dan seterusnya). Yang di maksud dengan bahasa ibu atau bahasa pertama adalah
satu system linguistik yang dipelajari pertama kali secara alamiah dari ibu
atau keluarga yang memelihara seorang anak.
Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa
pertama, karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajari seorang anak. Kalau
kemudian si anak mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya maka bahsa
lain yang dipelajarinya itu disebut bahasa kedua. Andalkan si anak mempelajari
bahasa yang lainnya lagi, maka bahasa yang terakhir dipelajari ini disebut
bahasa ketiga. Begitu pula selanjutnya, ada kemungkinan si anak mempelajari
bahasa ke empat, kelima dan seterusnya.
Dalam perkembanagan bahasa anak,
bahasa kedua dan selanjutnya sering disebut bahasa asing. Disamping itu
penamaan bahasa asing juga bersifat politis, yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa
lain. Maka bahasa Malaysia, bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Cina adalah
bahasa asing bagi bangsa Indonesia. Sebuah bahasa asing, bahasa yang bukan
milik suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) dapat menjadi bahasa kedua, kalau
dipelajari setelah menguasai bahasa ibu. Bisa juga menjadi bahasa Negara kalau
bahasa itu digunakan untuk menjalankan administrasi kenegaraan dan kegiatan
kenegaraan lainnya. Sebuah bahasa asing dapat juga menjadi bahasa pertama bagi
seorang anak kalau anak itu tercerabut dari bumi negaranya dan menggunakan
bahasa itu sejak bayi.
B.
Perkembangan Kemampuan Berbahasa Anak
Perkembangan bahasa anak pada
dasarnya terbagi kedalam dua bagian, yaitu :
1.
Egocentric
speech (terjadi ketika anak berbicra kepada dirinya sendiri/monolog).
Egocentric speech ini berfngsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang
pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
2.
Socialized
speech (terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau
dengan lingkungannya). Perkembangan bahasa pada masa ini dibagi kedalam lima
bentuk, yaitu:
a.
Adapted
information (bertukar pikiran atau gagasan dan ada tujuan bersama yang dicari).
b.
Critism
(penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain).
c.
Command
(perintah), threat (ancaman) dan Request (permintaan)
d.
Questions
(petanyaan)
e.
Answer/jawaban,
(Yusuf 2001)
Kemampuan berbahasa anak selalu
mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan perkembangannya pada
masa-masa tertentu. Dilihat dari segi pembagian fase perkembangan berbahasa
yang di susun oleh Clara dan W. Stern, maka perkembangan pada masa bayi
termasuk pada fase pertama yang meliputi stadium purwaka(meraban atau
mengoceh), meniru suara atau bunyi yang di dengar walaupun tidak sempurna, dan
stadium kalimat sepatah (pada akhir masa bayi, dia mengucapakan hanya satu kata
saja tetapimaksudnya adalah satu kalimat yang mengandung permintaan). Dengan
demikian perkembangan kemampuan berbahasa anak dapat dapat dilihat dari
berbagai aspek, salasatu diantaranya yaitu faktor/aspek usia. Dengan
demikian Agus Sujanto (1996: 26) membagi kemampuan perkembangan bahasa anak
menjadi empat masa, yaitu:
1.
Masa
Pertama (Umur 1,0-1,6)
Pada masa ini, kata-kata
pertama yang di ucapakn oleh anak adalah kelanjutan dari meraban, yang didalamnya
terdapat beberapa kata yang di ucapkan juga oleh anak dari bahasa apapun di
dunia ini.
2.
Masa
Kedua (Umur 1,6-2,0)
Pada masa ini, anak dengan kemampuannya, anak semakin banyak
melihat sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Oleh krena itu, ia selalu
menanyakan nama di antara benda-benda yang kebetulan di temuinya.
3.
Masa
Ketiga (Umur 2,0-2,6)
Pada masa ini, anak semakin tampak sempurna dalam menyusun
kata-kata. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, walaupun belum sempurna
seperti yang di katakana orang dewasa.
4.
Masa
Keempat (Umur 2,6 - Seterusnya)
Pada
masa ini, rasa ingin tahu anak terhadap segala sesuatu semakin bertambah,
sehingga pada masa ini anak sering bertanya. Kreativitas bertanya anak ini
adalah suatu hal yang wajar dan harus kita tanggapi dengan penuh kearifan dan
tidak boleh bersifat sinis, apalagi memarahinya. Dan semua itu tidak lain demi
perkembangan pikiran dan memperkaya perbendaharaan bahasa anak.
Berdasarkan pandangan linguistic ada
juga ahli psikologi yang mengklasifikasikan perkembangan bahasa anak sebagai
berikut:
1.
Permulaan
Bicara
Suara pertama yang dikeluarkan oleh anak adalah jerit tangis pada
waktu di lahirkan. Tangis bukan suatu gejala yang berdiri sendiri, melainkan
suatu tingkah laku refleks terhadap sesuatu karena di satu pihak menunjukan
keadaan tidak nyaman. Menurut Van Ginneken, suara-suara yang dikeluarkan oleh
anak adalah huruf-huruf vocal, dan tangis menurutnya terletak pada dasar
vokalisasi.
2.
Kalimat
Satu Kata dan Kalimat Dua Kata
Satu kata yang di ucapkan oleh anak harus dianggap sebagai satu
kalimat penuh. Hal ini berarti anak dalam kalimat satu atau dua kata sudah
mampu untuk menyampaikan maksudnya meskipun dengan alat sintaksis yang masih
terbatas.
3.
Kalimat
Tiga Kata
Dari kalimat dua kata berkembanglah lambat laun kalimat tiga kata
yang dalam arti structural mula-mula masih mirip dengan kalimat dua kata.
Perubahan ini terjadi kurang lebih antara
bulan ke-24 dan bulan ke-30. Meskipun mula-mula masih mirip dengan bentuk
kalimat dua kata secara structural, namun segera terjadi diferensiasi dalam
kelompok kata-kata yang di masukkan dalam klasifikasi baru. Dengan kata lain
anak mengatur kembali kata-kata dalam bahasanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa proses
perkembanagan bahasa anak dapat berlangsung dengan baik, apabila di dukung oleh
beberapa faktor diataranya perolehan bahasa anak, keluarga, dan tidak kalah
pentingnya yaitu faktor usia (umur anak). Selain itu ada juga faktor-faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak,diantaranya yaitu:
1.
Penguasaan
bahasa anak berkembang menurut hokum alami (karena bakat, kodrat, dan ritme
perkembangan yang alami) dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan;
2.
Kemajuan
penguasaan bahasa oleh anak berlangsung sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan
sekali yang disebabkan oleh bunyi huruf mati yang sulit dilafalkan dengan tepat
dan baik;
3.
Perkembangan
bahasa pada anak didorong oleh hasrat ingin berkomunikasi dengan orang lain dan
untuk memahami dunia sekitar, anak bercakap-cakap sambil melatih fungsi
bicaranya;
4.
Besar
kecilnya perbendaharaan bahasa anak sangat bergantung pada lingkungan sekitar,
budaya, keluarga, dan sekolah.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyarankan kepada segenap
komponen masyarakat, terutama bagi para orang tua yang memiliki anak agar memberikan
pengajaran bahasa yang baik terhadap anak melalui lingkungan, budaya, agama,
nilai dan norma yang baik dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaeful Bahri. 2000. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono, M. 1997. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Abror, Abdu. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya