Oleh: Hasan Basri Hambali
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut
nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Mu'allif
Rohimahullôh memulai nazhm-nya dengan basmalah kemudian hamdalah, karena
mengikuti al-Qur'an al-Karim yang secara tertib susunannya diawali dengan
keduanya. Syaykh Abû Bakar at-Tûnisiy mengemumakakan adanya ijmâ' (konsensus)
bahwa Alloh Subhânahu wa ta'âlâ mengawali seluruh kitab-Nya dengan basmalah.
Di samping itu,
Nabi Muhammad Shollallôhu 'alayhi wa sallam bersabda:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن
الرحيم فهو أبتر أو أجذم، أو أقطع
Setiap perkara
yang mengandung kebaikan tidak diawali dengan bismillahir rohmanir rohim maka
itu adalah abtar, ajdzam, atau aqtho'.
Yakni setiap
kebaikan yang tidak diawali dengan basmalah kurang berkah dan sedikit
keberkahannya. Walaupun secara lahir terlihat sempurna, tetapi cacat secara
ma'nawi.
Hadits ini
menjelaskan, bahwa setiap perkara yang dinilai penting oleh syara', baik ucapan
maupun perbuatan, harus diawali dengan basmalah supaya dipenuhi dengan
keberkahan dari Alloh Subhânahu wa ta'âlâ. Namun ada beberapa hal yang tidak
perlu diawali dengan basmalah, yaitu:
1. Perbuatan yang
dipandang hina, seperti ketika memakai sandal, meludah dan mengeluarkan dahak.
2. Perbuatan yang
berstatus hukum haram li dzâtih (haram karena dzat pekerjânnya), seperti zina,
dan makruh li dzâtih seperti melihat kemaluan istri tanpa adanya hajat
(kebutuhan). Perbuatan haram li dzâtihi maka haram diawali dengan basmalah,
sedangkan perbuatan makruh li dzâtihi, hukumnya makruh diawali dengan basmâh.
Adapun perbuatan haram li 'âridh (karena faktor eksternal) seperti berwudhu
dengan air hasil ghoshb, dan makruh li 'âridh seperti memakan bawang, maka
tetap disunnahkan membaca basmalah.
3. Dzikir murni,
yaitu lafazh-lafazh yang tidak memiliki pengertian lain selain dzikir, seperti
kalimah thoyyibah, lâ ilâha illallôh. Adapun dzikir yang tidak murni seperti
membaca al-Qur'an, hadits, dan nasihat, maka tetap disunnahkan membaca
basmalah.
4. Perbuatan yang
oleh syara' diawali dengan selain basmalah, seperti sholat yang diawali dengan
takbîroh al-ihrôm.
Ditinjau dari
segi isyaroh, "ba" dalam lafazh bismillah bermakna:
بي كان ما كان، وبي يكون ما يكون
"dengan
kekuasân-Ku, sesuatu yang ada itu terjadi.Dengan kekuasân-Ku, sesuatu yang akan
ada itu akan terjadi"
Dengan makna ini,
"ba" dalam basmalah mengandung isyarah terhadap seluruh aqidah,
karena kemampuan menciptakan secara hakiki hanya dimiliki oleh dzat yang
mempunyai sifat-sifat kesempurnân dan terhindar dari sifat-sifat kekurangan.
Lafazh
"Alloh" menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah al-ism al-a'zhom,
apabila seseorang berdo'a dengan menyebut nama Alloh, maka akan dîjabah oleh
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. Adapun tidak dîjabahnya do'a yang menggunakan al-ism
al-a'zhom, disebabkan tidak terpenuhinya syarat-syarat dalam berdo'a terutama
halalnya makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Wall ôhu a’lam
bish showâb
Referensi:
1. Jawharoh at-Tawhîd
2. Tuhfah al-Murîd
3. Taqrîb al-Ba’îd